Article Detail

MENINGKATKAN MINAT BACA UNTUK KOTA MAGELANG YANG TERDIDIK

MENINGKATKAN MINAT BACA UNTUK KOTA MAGELANG YANG TERDIDIK 

(oleh : B. Budi Waskito, Pustakawan SMK Pius X)

 

Seiring dengan perkembangan jaman serta kemajuan informasi teknologi, budaya membaca semakin ditinggalkan dan banyak yang beralih ke media sosial. Padahal sebenarnya “membaca” adalah cara untuk mendapatkan informasi yang utuh dari sesuatu yang ditulis langsung dari sumbernya. Semakin banyak kita membaca, maka semakin banyak informasi yang kita peroleh. Sering kita mendengar beberapa slogan tentang buku;

Buku adalah jendela dunia.

Buku adalah gudang ilmu.

Buku membuka cakrawala dunia.

Cintailah buku karena ia adalah guru yang paling baik.

Buka bukumu, tambah ilmumu!.

Tentu slogan-slogan tersebut bukan tanpa alasan. Melalui buku kita dapat membuka wawasan yang luas, tidak hanya informasi dalam negeri saja, melainkan informasi yang terjadi di dunia, serta lebih dari itu, kita bisa mendapatkan informasi dari alam semesta ini. Tapi apa yang terjadi saat ini? minat membaca negeri ini sangat tertinggal jauh dengan negara-negara lainnya.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Political and Ekonomy Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada di urutan paling bawah dari 12 negara di Asia, bahkan jauh lebih buruk dibandingkan kualitas pendidikan di Vietnam. Rendahnya kualitas pendidikan tentu saja berimplikasi pada kemampuan sumber daya manusia dalam mengolah masa depan. Terlebih yang sangat memprihatinkan adalah generasi muda yang menjadi harapan masa depan negeri ini seakan meninggalkan budaya baca, dan lebih memilih gadget yang dirasa lebih menarik dan memenuhi selera anak muda jaman now. Bahkan budaya baca anak-anak sekolahpun sangat rendah, sehingga mereka kurang kritis dalam menjawab tantangan jaman, karena yang ditangkap hanya setengah-setengah.

Tidak bisa dipungkiri, saat ini kita hidup di jaman yang mengalami perubahan sangat pesat, dimana teknologi mampu menjadi tumpuan utama dalam kehidupan manusia, dimana era ini disebut juga dengan era globalisasi. Pada era globalisasi ini, manusia menggunakan teknologi untuk membantu mempermudah pekerjaannya. Bahkan bisa dikatakan manusia mulai menjadi sangat tergantung pada teknologi. Kemajuan teknologi telah meninabobokan manusia, karena segala hal yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan cepat, bahkan untuk bisnis secara online yang dapat menghasilkan banyak uang, intinya hal yang berbau instan sangat menggiurkan.

Selain itu, anak muda jaman now yang hidup di era globalisasi ini, tentu mereka sangat terbantu oleh kemajuan teknologi. Siswa mengerjakan tugas dari sekolah di masa pandemic Covid-19 secara daring, ditambah dengan alasan yang kuat bahwa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menuntut mereka untuk menggunakan teknologi. Sayangnya mereka terlalu mengandalkan atau menggantungkan teknologi karena mereka sudah dibiasakan dengan hal yang praktis tetapi kurang menggali informasi secara lebih mendalam. Alhasil, mereka cenderung menggunakannya tegnologi hanya untuk kesenangan semata, seperti chatting, tik-tok, streaming film, facebook, youtube, istagram dan ngegame. Yang terjadi adalah mereka jarang sekali memanfaatkan tegnologi sebagai sarana untuk membaca informasi yang update di internet atau memperkaya wawasan informasi untuk mempertajam materi sekolah mereka. Yang lebih parah, mereka mengerjakan tugas sekolah dengan cara copy paste jawaban yang ada tanpa membacanya terlebih dahulu, sehingga ketika saatnya ditanya langsung oleh gurunya acapkali tidak bisa menjawab.

Semua hal diatas, membuktikan bahwa minat, gemar dan kebiasaan membaca di kalangan generasi muda mulai ditinggalkan karena kurang bijaknya mereka memanfaatkan kemajuan tekologi. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk menanamkan minat, gemar dan kebiasaan membaca dalam hidup mereka, bahkan kita sebagai orangtuapun ikut hanyut dalam situasi seperti itu. Lalu bagaimana upaya kita untuk menanamkan minat, gemar dan kebiasaan membaca?

Kita semua merupakan bagian dari masyarakat, di mana masyarakat kita pun mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam hal minat, gemar, dan kebiasaan membaca. Namun sebenarnya minat, gemar dan kebiasaan membaca merupakan tindakan yang sifatnya sangat individual dan manfaatnya dapat kita terima secara langsung untuk kepentingan individu. Minat dan kebiasaan membaca juga merupakan keterampilan yang diperoleh seseorang setelah dilahirkan, bukan keterampilan bawaan. Maka, minat dan kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan melalui gerakan budaya baca masyarakat. Salah satunya dengan adanya “Pustaka Masyarakat” dengan tujuan agar masyarakat tumbuh minat dan gemar membaca. Bagaimanapun, peranan minat dan kebiasaan membaca sangat penting. Dengan minat dan kebiasaan membaca tersebut masyarakat dapat memperoleh informasi tentang sesuatu yang mereka baca, memperoleh pengertian yang mendalam tentang suatu gejala dari fenomena tertentu, menambah pengetahuan dan keterampilan baru, bahkan sebagai sarana rekreasi ringan dengan suasana yang berbeda di rumah.

Jika hal itu sudah berjalan, niscaya pemahaman seseorang tentang makna membaca dan makna buku yang mendalam dapat membentuk minat, gemar, dan kebiasaan membaca. Karena setiap orang memiliki nilai dan keyakinan berbeda-beda tentang buku, sudah pasti mereka juga memiliki minat dan kebiasaan yang berbeda-beda terhadap buku. Lebih dari itu, bisa dilengkapi dengan sarana digital yang pemanfaatannya diatur secara terbimbing sehingga tidak terjadi penyalahgunaan.

Keberadaan “Pustaka Masyarakat” memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan minat dan budaya membaca serta menyatukan perbedaan-perbedaan supaya masyarakat menjadi gemar membaca, kemudian menjadi terbiasa membaca dan lebih dari itu menjadi kebutuhan. Kebutuhan membaca merupakan dorongan dari rasa ingin tahu yang tinggi untuk membaca, misalnya, saat seorang mahasiswa harus menyelesaikan tugas membuat makalah dan isi makalahnya hanya ada dan bisa diperoleh dari buku bacaan. Mau tidak mau, suka tidak suka ia akan dan harus membaca buku. Tentu hal itu akan menciptakan kondisi terpaksa membaca pada mahasiswa tersebut, sehingga ia hanya akan membaca pada kondisi itu saja, namun dari motivasi membaca tersebut, meskipun terpaksa, pasti hasil yang lebih baik.

Hal sangat positip akan terjadi jika seseorang membaca karena rasa suka dan penasaran yang muncul dari dirinya sendiri, contohnya, seorang ibu mendengar cerita tentang bagaimana membuat pewarnaan dengan tehnik ecoprint. Karena keingintahuannya, ibu tersebut berusaha mencari dan membaca informasi tentang pembuatan ecoprint. Bahannya apa saja, bagaimana proses pembuatannya, hasilnya seperti apa dan jika dijual berapa harganya? Setelah membaca, Ibu tersebut menjadi paham bagaimana membuat pewarnaan dengan tehnik ecoprint, yakni sistem dengan menjiplak dedaunan dan kemudian merebusnya, mirip seperti proses pembuatan batik. Motif yang dihasilkan oleh sistem ecoprint ini lebih kontemporer dibandingkan batik yang digambar ataupun dicetak dengan motif batik yang klasik. Ecoprint tidak menggunakan alat seperti canting (alat seperti pena untuk membatik) dan bahan malam, namun menggunakan bahan yang terdapat di alam sekitar, seperti aneka dedaunan yang menghasilkan warna alami. Selain itu, Ibu itu menjadi mengerti bagaimana membuat hasil karya tekstil yang ramah lingkungan, tidak menimbulkan pencemaran air, tanah atau udara, dengan memanfaatkan lingkungan sambil melestarikan alam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat untuk membaca akan muncul jika keinginan untuk membaca didorong oleh rasa suka pada suatu hal yang menarik dan juga rasa penasaran yang muncul dari hati seseorang.

Nah, dengan demikian jelas bahwa setelah seseorang suka, minat dan gemar pada suatu kegiatan, ia akan mengulang dan mengulang kegiatan itu dan akan menjadi suatu kebiasaan. Itu artinya, kebiasaan membaca adalah situasi dimana seseorang sering melakukan kegiatan membaca. Setelah mencapai tahap “terbiasa membaca”, lambat laut kegiatan membaca tidak karena paksaan dari orang lain, namun membaca akan menjadi “kebutuhan”. Semakin banyak buku yang kita baca, maka semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang kita peroleh. Jika di jaman yang penuh tantangan ini, kita tidak mau membaca, kita akan sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Ayo, mulai sekarang kita terbiasa membaca, setidaknya setiap hari kita akan mendapatkan pengetahuan, kemampuan yang baru dan meningkatkan kemampuan daya ingat yang cukup tinggi. Satu lagi, dengan membaca juga dapat meningkatkan kreativitas seseorang, contohnya ketika kita membaca novel secara otomatis kita akan membayangkan atau berkhayal seperti apa situasi cerita tersebut. Dengan berimajinasi, kita mendapatkan hal-hal kreatif yang baru yang dapat dituangkan dalam sebuah gambar, film, ataupun sebuah tulisan.

Salah satu contoh membaca untuk kebutuhan dapat tercermin dalam program yang dilaksanakan SMK Pius X Magelang berikut ini. Di jurusan Tata Boga SMK Pius X Magelang, sangat penting bagi guru dan peserta didik untuk memanfaatkan bahan praktek semaksimal mungkin sehingga limbah dapat diminimalkan. Namun tentunya, permasalahan sampah tidak dapat dihindari. Tetap saja sisa sampah, apalagi sampah organik yang dapat membusuk, akan menumpuk. Karena kebutuhan untuk mengurangi sampah organik, dengan bantuan yayasan, SMK Pius X Magelang mencanangkan program eco-enzym. Sampah organik bekas praktek siswa seperti kulit buah, sisa sayur, dan bahan makanan organik lain diolah dengan cairan khusus eco-enzym sehingga menghasilkan cairan baru yang memiliki bermacam fungsi. Cairan ini bisa dimanfaatkan sebagai desinfektan, pembersih lantai, dan sebagainya. Bagaimana guru, karyawan, dan peserta didik memiliki pengetahuan ini? Tentunya dengan melakukan literasi dari berbagai sumber.

Mulai sekarang, mari kita lebih rajin membaca, demi memajukan Kota Magelang tercinta agar kita tidak tertinggal dari kota, kabupaten, bahkan dari bangsa lain. Perpustakaan akan selalu berusaha untuk memperbarui diri demi menarik minat membaca siswa dalam menghadapi era globalisasi. Dengan begitu, eksistensi perpustakaan tak terkalahkan oleh internet. Dengan berkunjung ke perpustakaan, kita akan berinteraksi dengan banyak orang pula. Dalam interaksi tersebut akan terjadi banyak pertukaran pikiran secara tatap muka. Pertukaran pikiran tersebut akan lebih berarti daripada pertukaran pikiran secara virtual melalui dunia maya. Jadi, dengan berkunjung ke perpustakaan, kita bisa melakukan interaksi yang akhirnya memperkaya pola pikir.

Mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, bukanlah perkara mudah. Namun demikian, sesulit apapun suatu perkara, semua pasti dapat diupayakan, asal tahu bagaimana caranya. Salah satu cara mewujudkan sumber daya manusia yang unggul adalah melalui pendidikan. Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia belum dapat menjamin terwujudnya sumber daya manusia yang unggul kerena berbagai kendala. Pendidikan yang kurang berkualitas disebabkan oleh rendahnya minat baca di kalangan masyarakat, justru terutama kalangan peserta didik dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Rendahnya minat baca ini boleh jadi karena minimnya sarana prasarana, fasilitas, pengelolaan perpustakaan yang kurang memadai sampai pada anggaran yang kurang mendukung. Maka, optimalisasi perpustakaan sebagai sarana penunjang minat baca harus terus diupayakan dengan berbagai cara antara lain pengembangan koleksi yang baik, pengembangan sarana dan fasilitas, pengembangan teknologi informasi, pengembangan tenaga pustakawan, pengembangan penyelenggaraan dan pengolahan, serta pengembangan pelayanan kepada pemustaka. Dengan demikian, layanan yang diberikan akan semakin optimal sesuai kebutuhan masyarakat. Lebih dari itu, setelah masyarakat memiliki gerakan membaca maka sumber daya manusia di Kota Magelang akan semakin unggul dalam memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan yang ada. (Bu-Was)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment