Article Detail

KEMAMPUAN GURU DAN DETERMINASI SISWA: PENENTU KEBERHASILAN PEMBELAJARAN LITERASI DIGITAL

KEMAMPUAN GURU DAN DETERMINASI SISWA:

 PENENTU KEBERHASILAN PEMBELAJARAN LITERASI DIGITAL

Oleh: Yohanes Marwan S., S.Pd.

Guru Bahasa Indonesia

SMK Pius X Magelang

 

Perlunya Pengembangan Literasi di Indonesia

Tingkat literasi digital menjadi aspek krusial dalam era teknologi informasi saat ini. Guru, sebagai pendidik yang berperan penting dalam membentuk generasi masa depan, harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang literasi digital. Namun, mutu pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan besar dan patut untuk mendapat prioritas. Indikator rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tercermin dari laporan hasil survey PISA-OECD yang dipublikasikan pada tanggal 3 Desember 2019. PISA mengevaluasi sistem pendidikan menengah pada tiga aspek, yaitu matematika, sains, dan literasi. Hasil survei menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat yang sangat rendah yaitu posisi ke 71 yang diikuti oleh 78 negara, seperti dikutip pada laman resmi OECD.

Literasi, khususnya literasi membaca, adalah fondasi dari pembelajaran. Kemampuan membaca memungkinkan siswa untuk mengakses buku, materi pelajaran, jurnal, dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Dengan literasi yang baik, siswa dapat terus belajar sepanjang hidup mereka. Literasi membaca adalah kunci utama dalam membuka akses ke pengetahuan. Siswa yang melek literasi mampu membaca buku, artikel, jurnal, dan materi tulis lainnya yang menyediakan pengetahuan tentang berbagai topik. Dengan membaca, siswa dapat belajar tentang sejarah, ilmu pengetahuan, budaya, seni, dan topik lainnya yang relevan.

Di era digital, literasi digital merupakan kegiatan penting. Siswa yang melek literasi digital dapat mengakses sumber pengetahuan online seperti website, repositori ilmiah, platform pembelajaran online, dan perpustakaan digital. Mereka dapat mencari informasi, mengevaluasi keandalan sumber-sumber online, dan menggunakan internet sebagai sumber pengetahuan yang kaya. Saat ini setiap individu perlu beradaptasi untuk dapat mengikuti perkembangan zaman, khususnya terkait perkembangan teknologi. Begitupun di bidang pendidikan, terlebih karena dampak dari wabah Covid-19 yang melanda Indonesia, bidang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi mendorong kencang peralihan kegiatan pembelajaran dari luring menjadi pembelajaran daring. Hal ini sangat memerlukan kemampuan literasi digital yang mumpuni semua pihak. Menurut Dinata (2021), bahwa kemampuan literasi digital sangat berperan penting untuk menunjang keberhasilan seseorang dalam mengikuti pembelajaran daring. Hal ini memang cukup sesuai terlebih lagi dalam mengakses berbagai informasi terkait materi pelajaran. Lebih lanjut dijelaskan oleh Efendi & Hanif (2022), bahwa literasi digital dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di saat pembelajaran daring.

Perkembangan media menyebabkan kemampuan literasi digital perlu dikembangkan sesegera mungkin. Pengetahuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan kemampuan literasi digital sangatlah penting. Meskipun penelitian tentang literasi digital sudah banyak dilakukan dan belum banyak hasil yang secara tepat menemukan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi literasi digital seseorang, kemampuan literasi digital mutlak perlu dikuasai oleh para guru sebagai fasilitator pembelajaran.

 

Determinasi Diri dan Kemampuan Literasi

Faktor internal memiliki andil besar yang dapat mempengaruhi kemampuan literasi digital seseorang. Rasa ingin tahu menjadi salah satu faktor yang sangat penting. Curiosity atau rasa ingin tahu mempunyai peran penting dan dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan, baik di dunia pekerjaan, dunia pendidikan, maupun diri manusia itu sendiri. Seseorang dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan mudah dalam beradaptasi dengan dunia baru, dapat memperoleh banyak informasi dan ilmu, dapat meningkatkan Well-Being, bahkan juga dapat menekan emosi negatif pada seseorang (Bayuningrum, 2021). Pluck dan Johnson (2011) mengamati bahwa rasa ingin tahu yang dikombinasikan dengan motivasi belajar lebih penting daripada kecerdasan. Menurut Salirawati (2012), rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau yang dipelajari sendiri dapat menimbulkan pengetahuan yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan siswa yang diam dan hanya menunggu penjelasan guru. Lindholm (2018) menambahkan bahwa rasa ingin tahu dapat berperan sebagai pendorong pembelajaran, wawasan baru, dan inovasi bagi individu maupun masyarakat.

Menurut Ryan & Deci (2017), determinasi diri yang bertaraf tinggi dapat didapatkan oleh individu dengan memenuhi tiga elemen utama. Elemen tersebut adalah perasaan, kompeten, otonomi, serta keterhubungan dengan orang lain. Agar individu memiliki kemampuan untuk memilih, dan melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan kehendak individu, maka pemenuhan ketiga elemen determinasi diri tersebut sangat diperlukan.

Wichmann (2011) menyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki determinasi diri tinggi, akan menunjukkan contoh perilaku: tekun dan gigih untuk mencapai tujuan, menikmati tugas akademik yang diberikan, mempunyai kepuasan diri, mempunyai komitmen, dan hubungan yang harmonis dengan lingkungan, serta menunjukkan pengetahuan konseptual yang lebih tinggi.

Kegiatan literasi digital memerlukan kemampuan berpikir kritis dalam penggunaan media digital untuk memperoleh informasi tertentu. Informasi yang didapat tentu berawal dari rasa ingin tahu seseorang yang muncul sehingga berusaha mencari informasi yang berkaitan dengan keingintahuannya. Meskipun begitu, seseorang juga perlu memiliki kapasitas dalam memilih dan memilah informasi yang memang benar-benar sesuai, sehingga determinasi diri juga menentukan seberapa berharganya informasi yang didapatkan.

 

Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Literasi Digital

Peran guru dalam literasi digital sangat penting dalam era teknologi informasi yang semakin berkembang pesat. Guru memiliki tanggung jawab untuk memandu siswa dalam memahami, menggunakan, dan berpartisipasi dalam lingkungan digital. Bahkan, pemanfaatan teknologi digital dalam bidang pendidikan merupakan bagian dari pengembangan kompetensi guru. Di dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, menyatakan bahwa salah satu kompetensi pedagogik seorang guru adalah mampu memanfaatkan perangkat TIK/digital bagi kepentingan pembelajaran. Hal tersebut searah dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan seorang guru untuk dapat memanfaatkan perangkat TIK untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik.

Mengolah literasi digital akan memberikan dampak baik yang signifikan bagi perkembangan belajar dan memberikan pengalaman relevan bagi peserta didik untuk mengikuti arus zaman. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan akses mudah ke informasi melalui internet, literasi digital telah menjadi keterampilan kunci dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam keterampilan ini juga muncul dampak negatif yang perlu dipahami lebih dalam. Banyak individu, terutama generasi muda, sering kali terjebak dalam perilaku konsumtif tanpa pemahaman yang memadai tentang sumber daya digital. Hal ini dapat mengarah pada penyebaran informasi palsu, terorisme online, serta masalah kesehatan mental akibat tekanan sosial media. Selain itu, ketidakmampuan mengelola privasi secara efektif juga menjadi perhatian, dengan risiko pelanggaran data pribadi yang dapat merugikan individu secara finansial dan emosional.

Kemampuan guru memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada pengembangan literasi digital siswa. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi digital dengan pemahaman yang baik, termasuk keterampilan membaca, menulis, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan digital. Guru yang kompeten dalam literasi digital dapat memberikan bimbingan dan pembimbingan kepada siswa dalam menggunakan alat-alat digital, sumber daya online, dan platform pembelajaran digital. Mereka dapat membantu siswa memahami cara mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif di dunia digital. Guru yang memiliki literasi digital yang kuat cenderung menjadi model peran yang baik bagi siswa. Mereka akan menunjukkan bagaimana menggunakan teknologi dengan etika, keamanan, dan tanggung jawab yang benar. Siswa akan belajar dari contoh guru dan mengadopsi perilaku yang sesuai.

Kemampuan guru untuk menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran kolaboratif dan proyek bersama dapat meningkatkan literasi digital siswa. Siswa belajar bagaimana berkolaborasi secara online, berbagi sumber daya, dan berkomunikasi dengan baik dalam konteks digital. Guru yang terampil dalam literasi digital dapat memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa tentang cara mereka menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Berbagai perangkat teknologi, aplikasi, dan sumber daya online perlu dimanfaatkan guru dalam pembelajaran sehari-hari, sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang relevan dengan dunia digital saat ini.

Guru dapat mengajarkan siswa keterampilan berpikir kritis dalam mencerna informasi dari berbagai sumber digital. Ini adalah bagian penting dari literasi digital. Guru wajib mengajarkan siswa untuk secara kritis mengevaluasi sumber informasi online, memahami perbedaan antara informasi yang sahih dan palsu, serta memahami bias yang mungkin ada dalam sumber-sumber tertentu. Dalam proses kritis mengevaluasi sumber informasi online, kegiatan pembelajaran juga secara otomatis mencakup keterampilan pemecahan masalah, seperti pemecahan masalah teknologi dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan etika digital.

Terkait dengan etika digital, guru perlu secara bertahap menyampaikan etika digital kepada siswa, termasuk penggunaan yang baik dan benar dalam komunikasi online, menghormati privasi orang lain, dan melindungi informasi pribadi mereka. Dengan berbagai bentuk komunikasi dan interaksi di internet, enting untuk mengajarkan siswa tentang keamanan digital, termasuk cara menghindari ancaman online seperti cyberbullying dan penipuan. Dengan melibatkan orang tua, pengembangan literasi digital yang aman untuk siswa adalah sebuah keniscayaan.

Guru yang terampil dalam literasi digital dapat berperan dalam melibatkan orang tua dalam pendidikan literasi digital siswa. Mereka dapat memberikan panduan kepada orang tua tentang bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi secara aman dan produktif. Pertanyaan besar yang perlu kita refleksikan adalah: Siapkah guru Indonesia menghadapi perubahan media besar-besaran terkait pembelajaran online yang bervariasi ini? *MRN


Referensi:

_______ . 2019. PISA Result From PISA 2018. Tersedia pada http://www.oecd.org/pisa/, diakses tanggal 20 Oktober 2023.

Dinata, K. B. 2021. Literasi digital dalam pembelajaran daring. Jurnal Eksponen [internet], 11(1), 20-27. Tersedia pada: https://doi.org/10.47637/eksponen.v11i1.368

Efendi, M. A., & Hanif, M. 2022. Pengaruh Literasi Digital dan Pembelajaran Daring Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 3 Karangan. Jurnal Pendidikan [internet], 10(2), 253-267. Tersedia pada: https://doi.org/10.36232/pendidikan.v10i2.1832

Hidayatullah, S. dan Abdul Waris, Riezky Chris Devianti. 2018. Perilaku Generasi Milenial dalam Menggunakan Aplikasi Go-Food. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 6 No. 2 (2018). Tersedia pada:  https://doi.org/10.26905/jmdk.v6i2.2560

Kemdikbud. 2017. Materi Pendukung Literasi Digital. Jakarta.

Kemdikbud. (2016). Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Sumber: https://jdih.kemdikbud.go.id/

Kemdikbud. (2014). Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Sumber: https://jdih.kemdikbud.go.id/

Littlejohn, W. Stephen., Foss. K.A., (2009). Encyclopedia of Communication Theory. United States of America, Sage Publications, Inc.

Restianty, A. (2018). Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru Dalam Literasi Media. Gunahumas, 1(1), 72-87. Tersedia pada: https://ejournal.upi.edu/index.php/gunahumas/article/view/28380/12849

Rini, Riswanti, dkk. 2022. Literasi Digital Mahasiswa dan Faktor-faktor yang Berpengaruh. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 10(2), 171-179.

Zahroh, Fatimatuz dan Sholeh. 2022. Efektivitas Literasi Digital Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Universitas Negeri Surabaya: FKIP.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment