Article Detail

MANAJEMEN KONFLIK & STRES: PINTU PRODUKTIVITAS

Sabtu, 9 September 2023 Yayasan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah mengadakan Hari Studi Tata Usaha (HSTU) dengan materi Manajemen Konflik & Stres: Pintu Produktivitas bersama narasumber Gus Minging D. S., MBA., Psikolog. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh Staf Tata Usaha sekolah Tarakanita Wilayah Jawa Tengah secara zoom meeting.

Narasumber mengajak kepada peserta untuk memahami konflik dan stress, menyikapi konflik dan stress, keterkaitan hubungan antara konflik, stress, dan produktivitas, serta strategi peningkatan produktivitas karyawan. Berangkat dari pengertian konflik, bahwa konflik merupakan bagian dari proses sosial antara individua atau kelompok yang terjadi karena adanya perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku. Kemudian, konflik sering terjadi karena:

§  Konflik Interpersonal: perbedaan kepribadian, pandangan, gaya kerja, atau komunikasi yang buruk.

§  Konflik antar Departemen atau Tim: pembagian sumber daya yang terbatas, perbedaan tujuan, atau ketidakcocokan dalam cara bekerja.

§  Konflik Peran: tumpeng tindih peran, ketidakjelasan peran, atau perubahan dalam tanggung jawab.

§  Konflik Budaya Organisasi: perbedaan dalam norma, nilai, atau budaya kerja di dalam organisasi

§  Konflik Kepemimpinan: perbedaan gaya atau pendekatan kepemimpinan yang diabdosi oleh pemimpin atau atasan dalam organisasi

Konflik yang tidak diatasi dengan baik dapat menjadi sumber stres yang signifikan bagi individu di lingkungan kerja. Siklus ini terjadi ketika konflik awal tidak diselesaikan dengan baik, dan stres yang muncul sebagai akibatnya dapat memperburuk konflik tersebut. Penyebab stress itu sendiri berasal dari tuntutan luar: tuntutan beban kerja, tekanan dari rekan kerja, harapan orang lain terhadap anda, faktor lingkungan lainnya, dan worklife imbalance. Sedangkan tuntutan dari dalam: pikiran negatif otomatis, perfeksionisme, harga diri yang buruk, pola makan yang tidak sehat, dan manajemen waktu yang tidak efektif.

Dampak stress akibat konflik terjadi karena gangguan konsentrasi: sulit untuk fokus pada tugas-tugas penting, risiko kondisi mental: konflik dapat meningkatkan risiko gangguan kesejahteraan mental seperti kecemasan dan depresi, dan melemahnya kemampuan decision making: orang yang stress mungkin lebih cenderung membuat keputusan impulsive atau kurang efektif. Sedangkan dampak konflik dan stres terhadap produktivitas mengakibatkan: gangguan fungsi kognitif: merusak kemampuan berpikir kritis dan kreativitas; gangguan interpersonal: mengganggu hubungan kerja, kolaborasi, dan produktivitas tim; serta tingkat stress yang tinggi: menyebabkan masalah kesejahteraan mental seperti kecemasan, depresi, absensi tinggi dan kurang konsentrasi. Semua itu mengakibatkan stress fisik, emosi, dan perilaku.

Untuk mengelola konflik dan stress menggunakan rumus ABC: Activating (Event/Situsi/Even), Belisfs (pikiran), dan Consequences (emosi/perilaku). Selain itu kita perlu mengubah pikiran negative menjadi netral/positive dengan cara: mempertanyakan pikiran kita, memberi arti yang positif, melihat fakta/realita, seandainya orang yang dekat dengan kita memiliki pikiran seperti itu apa yang akan kita lakukan?, dan jika ada yang kita kagumi mengalami situasi yang sama kira-kira apa yang kita pikirkan/lakukan?. Lebih lanjut, strategi peningkatan produktivitas karyawan: pencegahan konflik (komunikasi terbuka dan pengelolaan konflik tim), resolusi konflik (jalin komunikasi yang efektif dan negosiasi & mediasi), manajemen stress (yoga, mediasi, olahraga, pengaturan waktu yang baik), dan peningkatan produktivitas (manajemen waktu yang efektif, menetapkan tujuan yang jelas, dan perencanaan tugas yang baik).

 

Kamu berlari menjalankan hari atau hari menjalankan dirimu - Jim Rohn.

(Bu-Was)

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment