Article Detail

MEMBENTUK SIKAP ILMIAH SISWA MENJADI PENELITI MUDA

Paling tidak secara dasar ilmuwan harus memahami apa sebuah ilmu. Ilmu dalam bahasa latin adalah scientia yang berarti pengetahuan, tetapi ilmu tidak sekedar pengetahuan. Ilmu dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan dan menjawab suatu pertanyaan. Secara singkat ilmu adalah cara untuk memperoleh pengetahuan, dan bukan pengetahuan itu sendiri. Bisa dikatakan ilmu adalah sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Tujuan ilmu adalah peramalan dan penguasaan gejala-gejala alam. Ternyata seorang ilmuwan harus mampu meramal dan penguasai gejala-gejala alam dengan  penyelidikan berdisiplin.

Ilmuwan muda paling tidak diberikan pemahaman bahwa suatu kesimpulan terhadap gejala atau pengamatan gejala harus melalui serangkaian kegiatan pembuktian ilmiah yang sering disebut sebagai metode ilmiah. Dan jelas bahwa ilmuwan bekerja harus menggunakan metode ilmiah tersebut. Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini dalam memecahkan masalah menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu:

  1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
  2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala sesuatu informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Caranya dengan melakukan pengamatan atau studi kepustakaan. Langkah ini sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
  3. Menyusun hipotesa (landasan). Hipotesa merupakan teori atau pengandaian sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaan pustaka. Hipotesa ini selanjutkan akan diuji kebenarannya
  4. Menguji  hipotesa dengan melakukan percobaan atau penelitian.
  5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik, untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang obyektif; tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal; dilakukan dimana saja, oleh siapa saja akan memberikan  hasil yang sama.
  6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesa melalui hasil percobaan  perlu dilakukan uji ulang dan uji ulang. Apabila hasil uji ulang senantiasa mendukung  hipotesa, maka hipotesa itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Hasil pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, dan koheren ini barulah menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Oleh karena hasil serapan panca indera dan cakupan pengalaman manusia itu sedemikian luas dan beraneka ragam, maka pengetahuan manusia juga demikian. Oleh karena itu agar pengetahuan  bisa menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, lebih rinci dan setepat-tepatnya. Adapun ciri ilmu pengetahuan ini meliputi syarat :

  • Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah  pengetahuan menggunakan metode-metode tertentu, tidak  serampangan.
  • Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan  langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu.
  • Korehen,  berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Suatu bidang tertentu dari kenyataan, berarti satu bidang ilmu pengetahuan hanya akan membatasi diri pada salah satu saja dari sekian luas kenyataan. Satu ilmu hanya akan membahas satu bidang saja dari segala yang ada dan yang mungkin ada.

 Ada juga yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah oran yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut  research atau penelitian. Usaha-usaha itu dilakukan denganmenggunakan metode ilmiah.

Teori-teori yang ada tentu akan lebih sulit dipahami jika kita belum mempraktekan sebagai ilmuwan pemula. Salah satu dalam Standar Kompetensi : Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan dalam materi belajar IPA, Guru IPA SMK Pius X : A. Nanang Baskara, S.Si, M.Pd mengenalkan cara membangkitkan sikap ilmuwan muda. Materi pokok objek yang diteliti adalah pembuatan telur asin. Memang sederhana, tetapi pengemasan ini sungguh melibatkan metode yang ilmiah.  Variabel yang diteliti adalah : media pengasinan, kadar keasinan atau ukuran salinitas, lama waktu pengasinan, dan sebagai variabel tergantungnya adalah rasa telur asin. Siswa diajak untuk membuat berbagai macam media pengasinan yang terbagi batu bata, abu, tanah liat, dan air. Dengan dikombinasikan berbagai macam kadar keasinan, dan penyimpanan yang dilakukan 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu.  Siswa diajak untuk mendokumentasikan proses yang terjadi baik berupa tabel pengamatan ataupun rekaman. Setelah melakukan kegiatan tersebut siswa harus bisa menunjukkan hasil percobaan tersebut dengan uji sampel kepada warga sekolah untuk menilai secara objektif yang terbagi akan 5 kelas, yakni : Sangat tidak enak, tidak enak, ragu-ragu, enak, dan sangat enak yang tertulis dalam skala 1-5.

Siswa diajak untuk mampu menilai hasil percobaan dengan melihat ada berapa responden yang menyukai telur asin tersebut. Jika hasilnya kurang 60% responden menilai baik, maka siswa harus mampu mengulang kembali dengan menakar variable peubahnya yakni  media asin, salitas, dan lama waktu. Selain diuji menjadi seorang ilmuwan, siswa disadarkan untuk menjadi wirausahawan yang mampu menghasilkan produk yang terhebat dengan melakukan percobaan yang ilmiah. Guru IPA mengajak juga harus mampu berpikir seperti “örang kaya”. Yang mana berpikir sedikit kerja sedikit tetapi hasil banyak. Guru IPA mengajak untuk siswa agar menjadi orang yang memegang Friendcaise suatu produk. Tidak usah menguasai banyak tetapi satu ditekuni dan menjadikan orang banyak tertarik akan produk yang dibuatnya.

Demikian uraian pengalaman pembelajaran IPA yang diasuh oleh Bpk. A. Nanang Baskara dalam mengembangkan jiwa ilmuwan muda dan menjadikan wirausahawan yang handal dan sukses. Menjadikan orang sukses bukanlah kebetulan, tetapi kebetulan yang terjadi dapat digunakan sebaik-baiknya untuk meraih peluang.

 

Ditulis oleh :

Nanang Baskara, S,Si, M.Pd

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment