Article Detail

SOSIALISASI PENGEMBANGAN BERSAMA DUNIA KERJA DAN SMK JEJARING

SOSIALISASI PENGEMBANGAN BERSAMA DUNIA KERJA DAN SMK JEJARING

Ditulis oleh : Ag. Nanang Baskara, S. Si., M. Pd.


Magelang, Selasa 30 Juli 2024. SMK Pius X Magelang mendapat undangan dari SMK Negeri 3 Kota Magelang dalam tema pertemuan “Sosialisasi Pengembangan Bersama Dunia Kerja dan SMK Jejaring”. Ada 5 SMK Kota/ Kab. Magelang yang diundang, termasuk SMK Pius X Magelang. Pertemuan tersebut berlangsung 1 jam dimulai dari pukul 08.30 WIB, dan lebih banyak berbagi informasi sekolah Pilot Projectnya SMK Negeri 3 kepada kelima sekolah imbas. Narasumber dalam sosialisasi tersebut adalah Kepala Sekolah SMK Negeri 3 yakni Ibu Mila Yustiana, S. Pd., M. MPar. Acara tersebut berlangsung di Ruang Pertemuan (Meeting Room) Lt. 2 Hotel Citra SMK Negeri 3 Magelang.

Bentuk kegiatan adalah “Rapat Koordinasi Pengembangan Program Bersama Dunia Kerja dan SMK Jejaring”. Kegiatan ini berlangsung dikarenakan adanya program bantuan pemerintah yang mengembangkan pengajaran berbasis pabrik (Teaching Factory). Dalam pengarahannya, Ibu Mila Yustiana, S. Pd., M. MPar. memberikan materi koordinasi dan upaya peningkatan Tefa (Teaching Factory) untuk meningkatkan kualitas lulusan yang siap kerja.

Ada beberapa penekanan yang disampaikan Ibu Mila Yustiana, S. Pd., M. MPar. antara lain:

1)      SMK yang tidak punya apa-apa tidak berarti tidak bisa apa-apa, bahkan dapat menjadi faktor kekuatan. Teaching factory adalah adalah sebuah model pembelajaran di sekolah vokasi, khususnya SMK yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang sangat dekat dengan dunia kerja nyata. Dalam model ini, peserta didik tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga langsung berpraktik di lingkungan yang menyerupai pabrik atau industri sebenarnya. Jadi SMK harus memiliki industri yang akan mengasah softskill dan hardskill peserta didik. Lebih-lebih saat ini karakter juga lebih ditekankan pada disiplin kerja, baik daya juang, jujur, dan pentang menyerah.

2)      Tefa menjadi alternatif tempat PKL (Praktek Kerja Lapangan), menyediakan alternatif pemenuhan kebutuhan terhadap barang/jasa masyarakat. Ibu Mila menegaskan bahwa program Tefa tidak memiliki maksud mengeksploitasi anak untuk kepentingan finansial lembaga, tetapi lebih sebagai pembelajaran yang bermakna dan praktis untuk masa depannya serta memiliki skill. Maka daripada itu, Tefa harus dikelola secara efesien dan profesional.

3)      Ciri Tefa adalah memberikan keleluasaan pada peserta didik sebuah asesmen yang sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang lebih menekankan pembelajaran deferensiasi. Tefa ini melibatkan industri yang serumpun dengan program studi sekolah masing-masing. Tefa harus memenuhi kompetensi peserta didik dengan memenuhi CP (Capaian Pembelajaran), berbasis kebutuhan masyarakat (dapat dijual), dan berbasis kemitraan dengan DUDI, Kepala Sekolah dan kehumasan, serta pemenuhan tuntutan kurikulum yang sepadan.

Kegiatan tersebut juga membahas Bedah CP (Capaian Pembelajaran) agar pengembangan program Tefa sebagai model pembelajaran. Guru harus mampu mengetahui kebutuhan peserta didik dan industri dalam menyusun CP. Salah satunya adalah dalam mata pelajaran kewirausahaan (KWU) dimana materi ajar dapat dikembangkan menjadi skill entrepreneur atau bisa mencapai kompetensi lain (tidak harus sesuai dengan jurusan).

Kegiatan ini tidak terhenti untuk satu kali koordinasi. Masih ada beberapa kegiatan penguatan proses pembelajaran Tefa. Berikut rencana pelaksanaan kegiatan selanjutnya : pada bulan Agustus 2024 ada kegiatan penyamaan Presepsi Program Bantuan Tefa dan Workshop Persiapan Pembelajaran PjBL. Bulan September meliputi kegiatan Workshop Analisa Sumberdaya, pengembangan modul ajar, dan pengembangan produk. Bulan Oktober nantinya akan diadakan evaluasi penerapan modul ajar di SMK Pengimbas.

Hasil koordinasi penguatan proses pembelajaran dengan dunia kerja bermanfaat diantaranya adalah :

1)      Peserta didik: mendapatkan pengalaman kerja yang nyata, meningkatkan keterampilan, dan mempersiapkan diri untuk dunia kerja.

2)      Sekolah: meningkatkan kualitas pendidikan, mendapatkan sumber pendapatan tambahan, dan menjalin kerjasama dengan industri.

3)      Industri: mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai dan mendapatkan ide-ide baru dari peserta didik.

Hal diatas akan menjadi penekanan pembelajaran di SMK Pius X Magelang. Saat inipun SMK Pius X telah memiliki Unit Produksi, baik boga ataupun busana. Unit Produksi tersebut juga sebagai bengkel sekolah yang menyesuaikan program studi yang dimiliki SMK Pius X.  Dengan adanya Tefa ini tentu pembelajaran tidak hanya melibatkan bengkel kerja, tetapi juga menjadi sarana latihan peserta didik bersama industri rekanan untuk lebih membekali peserta didik mencapai mutu lulusan yang cakap di industri nantinya, baik yang linier dengan industri atau kurang linier dengan kompetensi yang wajib diajarkan.

Hasil akhirnya tentu saja SMK Pius X meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih membekali peserta didiknya di masa akan datang dan melengkapi karakter lulusan yang utuh (Karakter Tarakanita dan Karakter Profil Pelajar Pancasila). Bu-Was

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment