Article Detail
MERAJUT KEMBALI JALINAN KASIH: SPIRITUALITAS EKOLOGI SEBAGAI JEMBATAN MENUJU ALLAH DAN ALAM
MERAJUT KEMBALI JALINAN KASIH: SPIRITUALITAS EKOLOGI SEBAGAI
JEMBATAN MENUJU ALLAH DAN ALAM
Ditulis oleh: Agustinus Nanang Baskara, S.Si.,
M.Pd
“Pernahkah kita merasakan kedamaian saat berada di alam? Atau
mungkin kita pernah terpesona oleh keindahan ciptaan Tuhan? Perasaan-perasaan
inilah yang menjadi dasar dari spiritualitas ekologi, sebuah pandangan yang
mengajak kita untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan alam semesta”.
Spiritualitas ekologi adalah sebuah pandangan
yang melihat alam semesta sebagai sebuah sistem yang saling terhubung, di mana
manusia adalah bagian tak terpisahkan di dalamnya. Pandangan ini mengajak kita
untuk merenungkan makna keberadaan kita dalam konteks kosmik yang lebih luas
dan mendorong kita untuk hidup selaras dengan alam. Konsep spiritualitas ekologi mengundang kita
untuk menggali kembali nilai-nilai spiritual yang mendasari hubungan manusia
dengan alam. Melalui lensa spiritualitas ekologi, kita diajak untuk melihat
alam bukan hanya sebagai sumber daya yang bisa dieksploitasi, tetapi sebagai
sebuah entitas yang memiliki nilai intrinsik dan layak dihormati.
Dalam era krisis lingkungan yang
semakin mendesak, spiritualitas ekologi menawarkan sebuah alternatif yang
mengintegrasikan dimensi spiritual dan ekologis. Dengan memahami spiritualitas
ekologi, kita dapat mengembangkan kesadaran yang lebih dalam tentang
ketergantungan kita pada alam dan memotivasi kita untuk bertindak demi
keberlanjutan planet bumi.
Pengertian yang
semakna mengenai spiritualitas ekologi pada intinya mengenai bagaimana
kehidupan manusia didasari dan digerakkan oleh roh dan kesadaran akan
keterhubungan semua yang ada di alam semesta. Paus Fransiscus sebagai pemimpin
gereja Katolik dalam Laudato Si, menjelaskan bahwa ekologi mempelajari hubungan
antara kehidupan dengan lingkungan dimana mereka berkembang dan saling
terhubung.
Spiritualitas
ekologi menawarkan sebuah perspektif yang unik dan mendalam mengenai hubungan
manusia dengan alam. Alih-alih melihat alam sebagai objek yang dapat
dieksploitasi, spiritualitas ekologi mengajak kita untuk memKitang alam sebagai
mitra hidup yang saling terkait dan memiliki nilai intrinsik. Berikut adalah
tujuan dari spiritualitas ekologi yang dapat membuat alam dapat bersahabat
dengan kita secara timbal balik:
a)
Mengakui Keterhubungan: Spiritualitas
ekologi menekankan bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, saling
terhubung dalam sebuah jaringan kehidupan yang kompleks. Dengan memahami
keterhubungan ini, kita akan lebih sadar bahwa tindakan kita terhadap alam akan
berdampak pada diri kita sendiri dan generasi mendatang.
b)
Menghormati Kehidupan: Setiap bentuk
kehidupan, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, memiliki hak untuk
ada dan berkembang. Spiritualitas ekologi mendorong kita untuk menghormati
semua bentuk kehidupan dan menghindari tindakan yang merugikan alam.
c)
Menemukan Makna Lebih Dalam: Melalui
pengalaman langsung dengan alam, kita dapat menemukan makna lebih dalam dalam
hidup dan merasakan kedamaian batin. Keterhubungan dengan alam dapat menjadi
sumber inspirasi dan kekuatan bagi kita untuk menjalani hidup yang lebih baik.
d)
Mengembangkan Etika Lingkungan: Spiritualitas
ekologi memberikan lKitasan etis untuk tindakan kita terhadap alam. Dengan
memahami nilai intrinsik alam, kita akan terdorong untuk bertindak secara
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
e)
Mengubah Pola Pikir: Spiritualitas ekologi mengajak kita untuk
mengubah pola pikir konsumerisme dan individualisme menjadi pola pikir yang
lebih holistik dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.
Dalam konteks krisis lingkungan, spiritualitas
ekologi menawarkan solusi yang mengintegrasikan dimensi spiritual dan ekologis. Dengan memahami
konsep ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dengan alam dan
berkontribusi pada pelestarian planet.
Isu Global Tentang Rusaknya Lingkungan
Akibat Perilaku Yang Merugikan
Isu
kerusakan alam dalam dekade masih menjadi perhatian serius di seluruh dunia.
Lembaga-lembaga dunia yang sungguh memperhatikan kelestarian alam gencar
mensosialisasikan kerusakan alam dan alternative mitigasi bencana akibat
rusaknya alam. Beberapa isu utama yang
masih hangat dibicarakan antara lain:
Perubahan Iklim yang Ekstrem: Fenomena ini memicu
kenaikan suhu global dimana Fenomena ini
memicu gelombang panas yang lebih sering dan intens, serta perubahan pola curah
hujan yang ekstrem dan kenaikan suhu
global yang memicu gelombang panas yang lebih sering dan intens, serta
perubahan pola curah hujan yang ekstrem. Gejala lainnya antara lain peningkatan frekuensi dan intensitas bencana
alam seperti banjir, badai, kekeringan, dan kebakaran hutan semakin
sering terjadi dan menyebabkan kerusakan yang luas. Ancaman lainnya adalah
kenaikan permukaan air laut terhadap negara-negara kepulauan dan daerah pesisir
pantai.
Kerusakan Hutan baik secara deforestasi dan
kebakaran hutan juga menjadi dampak serius jika alam tidak jaga dengan baik. Penebangan hutan secara ilegal dan tidak
berkelanjutan terus terjadi, menyebabkan hilangnya habitat bagi flora dan fauna
serta peningkatan emisi karbon. Cuaca ekstrim (kemarau panjang) dan aktifitas
manusia dengan cara membuka lahan dengan pembakaran dapat merusak ekosistem dan
kualitas udara.
Dampak
sampingan dari aktifitas manusia ini tidak terlepas dengan istilah pencemaran.
Pencemaran lingkungan ini meliputi pencemaran secara fisis (disebabkan oleh
benda atau zat hasil pengolahan industry, semisal sampah plastic, pencemaran
oleh sampah-sampah fisik, bahkan akhir-akhir ini banyak perairan sudah tercemar
microplastik yang tentu lebih berbahaya. Pencemaran udara akibat polutan
industry dan kendaraan bermotor juga berdampak pada menurunnya kualitas udara
bagi kehidupan. Pencemaran pada tanah dan perairan yang banyak disebabkan
buangan limbah industry dan bahkan limbah B3 yang lebih membahayakan. Pupuk dan
pestisida dengan dalih meningkatkan hasil pertanianpun membuat tanah semakin
kritis dalam unsur hara dan kondisi tanah.
Hal yang diluar pemikiran manusia terhadap
rusaknya ekosistem adalah hilangnya keanekaragaman hayati. Seperti punahnya spesies akibat banyak spesies tumbuhan dan hewan terancam
punah akibat kerusakan habitat dan perburuan liar serta kerusakan ekosistem
alam lainnya contohnya: Terumbu karang, hutan mangrove, dan ekosistem lainnya
mengalami kerusakan parah. Adanya ancaman rudaknya ekologi ini dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.
Dampak
yang luas dan komplek akan lebih membawa situasi bumi kita semakin tidak
bersahabat. Ternyata alam pun dapat membawa ke situasi yang sangat tidak
menguntungkan bagi kehidupan. Kekawatiran yang terjadi jika alam diluar kendali
kita akibat pengolahan alam yang kurang bijaksana antara lain :
a)
Ancaman terhadap ketahanan pangan:
Perubahan iklim dan kerusakan lahan pertanian mengancam produksi pangan global.
b)
Krisis air bersih: Pencemaran dan
pengurangan ketersediaan air bersih mengancam kesehatan manusia dan aktivitas
ekonomi.
c)
Meningkatnya risiko penyakit: Perubahan iklim
dan kerusakan lingkungan dapat memicu munculnya penyakit baru dan penyebaran
penyakit menular.
d)
Migrasi massal: Bencana alam dan
perubahan iklim dapat memaksa jutaan orang untuk mengungsi dan mencari tempat
tinggal baru.
Isu-isu global rusaknya ekosistem menyoroti
permasalahan serius yang dihadapi planet Bumi akibat kerusakan lingkungan yang
semakin parah. Aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan telah memicu berbagai
masalah lingkungan, mulai dari perubahan iklim ekstrem, kerusakan hutan,
pencemaran lingkungan, hingga hilangnya keanekaragaman hayati. Masalah
ini menyimpulkan bahwa jika tidak segera diatasi, kerusakan lingkungan akan
semakin parah dan mengancam kehidupan di bumi. Oleh karena itu,
diperlukan tindakan segera dan kolaboratif dari seluruh pihak untuk mengatasi
masalah ini,
Ensiklik Laudato Si Seruan Paus Fransiskus untuk Merawat
Bumi
24 Mei Tahun 2015 Paus Fransiskus menerbitkan
Ensiklik Laudato Si (artinya: Terpujilah
Engkau) bertepatan dengan hari Pentakosta. Ensiklik ini bukanlah dogma
melainkan dialog moral berbasis sains bagi semua manusia di planet bumi dan
merawatnya. Berikut dibawah ini adalah
isi utama daripada Ensiklik Laudato Si:
- Krisis Ekologis
Global: Ensiklik ini menyoroti masalah
lingkungan yang semakin serius di seluruh dunia, seperti perubahan iklim,
polusi, dan kerusakan ekosistem. Paus Fransiskus menekankan bahwa krisis
ekologis ini adalah masalah yang sangat mendesak dan harus segera
ditangani.
- Keterkaitan
Manusia dan Alam: Ensiklik
ini mengajarkan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta dan
memiliki tanggung jawab moral untuk merawatnya. Paus Fransiskus mengkritik
pandangan yang memisahkan manusia dari alam dan mengeksploitasi sumber
daya alam tanpa batas.
- Keadilan Sosial
dan Lingkungan: Laudato Si
menghubungkan masalah lingkungan dengan masalah sosial. Paus Fransiskus
berpendapat bahwa kerusakan lingkungan seringkali berdampak paling buruk
pada masyarakat miskin dan rentan. Oleh karena itu, upaya pelestarian
lingkungan harus dipadukan dengan upaya untuk mencapai keadilan sosial.
- Konsumerisme
dan Gaya Hidup: Ensiklik
ini mengkritik gaya hidup konsumtif yang tidak berkelanjutan dan mendorong
masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana dan ramah
lingkungan.
- Tanggung Jawab
Bersama: Paus Fransiskus mengajak semua orang,
baik individu maupun komunitas, untuk mengambil tindakan nyata dalam
mengatasi krisis ekologis. Ia menekankan pentingnya kerja sama lintas
agama, budaya, dan negara untuk mencapai tujuan bersama.
- Harapan dan
Jalan ke Depan: Meskipun
situasi lingkungan saat ini sangat memprihatinkan, Paus Fransiskus tetap
menyampaikan pesan harapan. Ia mengajak semua orang untuk bekerja sama
membangun masa depan yang lebih baik bagi manusia dan planet bumi.
Beberapa poin penting lainnya yang dibahas dalam ensiklik ini:
- Pentingnya
pendidikan lingkungan: Agar
generasi mendatang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.
Artinya bahwa Pendidikan lingkungan adalah investasi jangka panjang yang
sangat penting untuk masa depan bumi kita. Dengan memberikan pendidikan
lingkungan yang berkualitas, kita dapat menumbuhkan generasi yang peduli
terhadap lingkungan dan mampu menciptakan masa depan yang lebih
berkelanjutan.
- Peran ilmu
pengetahuan dan teknologi: Dalam
mencari solusi untuk masalah lingkungan, namun harus diimbangi dengan
etika dan nilai-nilai kemanusiaan. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
memiliki peran yang sangat krusial dalam mencari solusi untuk masalah
lingkungan yang semakin kompleks. Melalui penelitian, inovasi, dan
pengembangan teknologi baru, kita dapat menemukan cara-cara yang lebih
efektif untuk mengatasi masalah seperti perubahan iklim, polusi, dan
kerusakan ekosistem.
- Keterlibatan
politik: Dalam merumuskan kebijakan yang
berkelanjutan dan melindungi lingkungan. Keterlibatan politik dalam
merumuskan kebijakan lingkungan berarti peran aktif para politisi, partai
politik, dan lembaga pemerintahan dalam menciptakan dan
mengimplementasikan aturan serta regulasi yang bertujuan untuk melindungi
lingkungan dan mencapai keberlanjutan.
- Spiritualitas
ekologis: Menemukan makna spiritual dalam hubungan
dengan alam semesta. Spiritualitas
ekologis adalah sebuah pandangan yang menghubungkan pengalaman spiritual
manusia dengan alam semesta. Ini bukan sekadar apresiasi estetika terhadap
keindahan alam, melainkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
keterhubungan manusia dengan seluruh ciptaan. Dalam konteks ini, alam semesta
dipKitang sebagai manifestasi dari sesuatu yang lebih besar, yang
seringkali dikaitkan dengan Tuhan, kekuatan kosmik, atau kesadaran
universal.
Sebagai
kesimpulan, Ensiklik Laudato Si adalah sebuah dokumen penting yang mengajak kita
semua untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan alam semesta. Ensiklik ini
memberikan perspektif yang komprehensif tentang krisis ekologis dan menawarkan
jalan keluar yang berkelanjutan. Pesan utamanya adalah bahwa kita harus merawat
bumi sebagai rumah bersama kita dan memastikan bahwa generasi mendatang dapat
hidup dalam lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
"Ekologi Integral" Dalam Konteks Ensiklik Laudato Si
Konsep
"ekologi integral" yang diperkenalkan Paus Fransiskus dalam ensiklik
Laudato Si merupakan sebuah pandangan yang sangat komprehensif dan mendalam
tentang hubungan antara manusia dan alam semesta. Ini bukan sekadar pemahaman
tentang lingkungan fisik semata, melainkan sebuah pemahaman yang menghubungkan
berbagai aspek kehidupan manusia—sosial, ekonomi, politik, budaya, dan
spiritual—dengan alam semesta sebagai satu kesatuan yang saling terkait.
Pentingnya
Ekologi Integral dalam membangun spiritualitas Ekologi. Berikut ini alasan
mengapa dalam Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus mengajak kita untuk lebih
sadar dan peduli terhadap alam ciptaan Nya dan kemerosotan nilai lingkungan
secara umum dalam sebuah konsep Ekologi Integral, yakni:
- Memahami Krisis
Global: Ekologi integral membantu kita memahami
bahwa krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini adalah bagian dari
krisis sosial yang lebih luas. Konsep ekologi integral mengajak kita untuk
melihat krisis lingkungan bukan sebagai masalah yang berdiri sendiri,
melainkan sebagai bagian dari masalah sosial yang lebih luas. Ini berarti
bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga
pada masyarakat, ekonomi, dan bahkan spiritualitas manusia.
- Menemukan
Solusi yang Komprehensif: Dengan
melihat masalah secara holistik, kita dapat menemukan solusi yang lebih
efektif dan berkelanjutan. Dalam konteks ekologi integral, "menemukan
solusi yang komprehensif dengan melihat masalah secara holistik"
berarti kita tidak hanya fokus pada satu aspek dari masalah lingkungan,
tetapi mempertimbangkan semua aspek yang saling terkait. Ini seperti
melihat sebuah puzzle, di mana setiap potongan memiliki peran penting
dalam membentuk gambar keseluruhan.
- Membangun Masa
Depan yang Lebih Baik: Ekologi
integral menawarkan visi tentang masa depan di mana manusia hidup dalam
harmoni dengan alam semesta. Konsep ini menggarisbawahi bahwa ekologi
integral tidak hanya sekadar teori, tetapi juga menawarkan sebuah visi
tentang masa depan yang lebih baik. Visi ini menggambarkan sebuah dunia di
mana manusia dan alam hidup dalam keseimbangan dan saling melengkapi.
- Tanggung Jawab
Bersama: Setiap individu, komunitas, dan negara
memiliki tanggung jawab untuk merawat bumi. Kita harus bekerja sama untuk
menemukan solusi yang berkelanjutan bagi masalah lingkungan.
Ekologi
integral menawarkan harapan bahwa kita dapat membangun masa depan yang lebih
baik di mana manusia hidup dalam harmoni dengan alam semesta. Visi ini mengajak
kita untuk mengubah pola pikir, mengubah sistem, dan bekerja sama untuk
menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan.
Seruan Apostolik Laudate Deum: Sebuah Tindak Lanjut yang Lebih
Mendesak
Seruan Apostolik
Laudate Deum (Pujilah Allah) yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada tahun
2023 merupakan sebuah tindak lanjut yang lebih mendesak dari ensiklik Laudato
Si. Jika Laudato Si menjadi tonggak penting dalam percakapan Gereja Katolik
tentang ekologi integral, maka Laudate Deum adalah sebuah seruan yang lebih
keras dan lebih spesifik dalam menghadapi krisis iklim dan lingkungan yang
semakin mendesak.
Laudate Deum
adalah sebuah dokumen penting yang menegaskan kembali komitmen Gereja Katolik
terhadap perlindungan lingkungan. Dokumen ini memberikan dorongan moral bagi
umat Katolik dan seluruh umat manusia untuk mengambil tindakan nyata dalam
mengatasi krisis iklim. Seruan Paus Fransiskus ini mengajak kita untuk menjadi
bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.
Perbedaan antara Laudato Si dengan Laudate
Deum yang dapat ditarik benang merahnya adalah pertama, nada yang Lebih Mendesak: Jika Laudato
Si lebih bersifat diagnostik, mengidentifikasi masalah dan akar
penyebabnya, maka Laudate Deum lebih bersifat preskriptif, memberikan
solusi dan menyerukan tindakan segera. Kedua, Fokus yang Lebih Spesifik: Laudate Deum memberikan
perhatian khusus pada krisis iklim, sementara Laudato Si memiliki
cakupan yang lebih luas, membahas berbagai aspek ekologi integral. Ketiga, Konteks Global yang Lebih Mendesak: Laudate
Deum ditulis dalam konteks di mana dampak perubahan iklim semakin nyata dan
mendesak.
Laudate Deum merupakan dokumen dan ajakan serius dan
mendesak untuk menyelamatkan alam ciptaanNya. Bebrapa hal yang penting
dituliskan dalam dokumen Laudate Deum diantaranya:
- Krisis Iklim sebagai Darurat Global: Laudate Deum dengan tegas
menyatakan bahwa krisis iklim adalah darurat global yang membutuhkan
tindakan segera dan konkret. Dokumen ini menggarisbawahi bahwa dampak
perubahan iklim sudah terasa di seluruh dunia, terutama pada kelompok
miskin dan marginal.
- Kecemasan terhadap Kurangnya Tindakan: Paus Fransiskus mengungkapkan
kekecewaannya atas lambatnya tindakan global dalam mengatasi krisis iklim.
Beliau menekankan bahwa kita tidak bisa lagi menunda-nunda tindakan,
karena dampaknya akan semakin buruk jika kita terus mengabaikan masalah
ini.
- Seruan untuk Perubahan: Dokumen ini menyerukan perubahan
mendasar dalam cara kita hidup, bekerja, dan mengelola sumber daya alam. Perubahan
ini meliputi transisi menuju energi bersih, konsumsi yang berkelanjutan,
serta perlindungan keanekaragaman hayati.
- Tanggung Jawab Moral: Laudate Deum menegaskan bahwa
melindungi lingkungan adalah tanggung jawab moral setiap individu,
komunitas, dan negara. Kita dipanggil untuk merawat ciptaan sebagai
karunia dari Allah dan sebagai warisan bagi generasi mendatang.
- Kolaborasi Global: Dokumen ini menekankan pentingnya kerja
sama internasional dalam mengatasi krisis iklim. Semua negara harus
bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian
Paris.
Apa tugas kita dalam panggilan merawat alam?
Panggilan Merawat
Kehidupan adalah sebuah konsep yang mendalam, mengacu pada suatu perasaan atau
dorongan kuat dari dalam diri seseorang atau dalam komunitas untuk menjaga,
melindungi, dan menghormati kehidupan dalam segala bentuknya. Ini bisa
diartikan sebagai sebuah panggilan atau misi hidup yang melibatkan: Pertama, Perawatan kesehatan: Meliputi tindakan medis, keperawatan, dan
segala upaya untuk menjaga kesehatan fisik dan mental individu. Kedua, pelestarian lingkungan: Upaya menjaga
kelestarian alam, ekosistem, dan semua makhluk hidup di dalamnya. Ketiga, pembelaan terhadap yang lemah: Membela
hak-hak orang yang kurang beruntung, anak-anak, hewan, dan kelompok marginal
lainnya. Keempat, pengembangan diri:
Menumbuhkan kesadaran diri dan spiritualitas untuk hidup lebih bermakna dan
bermanfaat bagi sesama.
Dalam konteks yang lebih luas, panggilan merawat
kehidupan juga bisa dikaitkan nilai nilai kehidupan diantaranya: pertama,
nilai-nilai agama dan spiritual: Banyak agama
mengajarkan pentingnya menghormati kehidupan sebagai anugerah Tuhan. Kedua etika dan moral: Konsep ini terkait
dengan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan tanggung jawab social, dan
ketiga, filosofi hidup: Bagi
sebagian orang, merawat kehidupan adalah tujuan utama dalam hidup.
Menemukan
panggilan merawat kehidupan adalah sebuah perjalanan yang unik bagi setiap
individu atau komunitas. Tidak ada satu formula pasti, namun ada beberapa
langkah yang dapat kita coba untuk menggali lebih dalam tentang diri manusia
dan menemukan panggilan kita:
1.
Introspeksi Diri: Identifikasi minat dan passion: Apa
yang membuat kita bersemangat? Kegiatan apa yang membuat Kita merasa hidup? Kenali nilai-nilai Kita yang perlu kita
respon dan pahami: Apa yang Kita anggap penting dalam hidup? Nilai-nilai
apa yang ingin kita wujudkan? Refleksikan
pengalaman masa lalu: Pengalaman apa yang paling bermakna bagi kita? Apa
yang kita pelajari dari pengalaman tersebut?
2.
Eksplorasi Diri: Cobalah hal-hal baru: Jangan takut
untuk mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Ini bisa
membuka pintu menuju minat dan bakat yang terpendam. Berinteraksi dengan orang lain: Bicaralah dengan orang-orang yang
menginspirasi Kita. Tanyakan tentang perjalanan hidup mereka dan apa yang
memotivasi mereka. Belajar dari alam:
Habiskan waktu di alam. Amati keindahan dan keseimbangan alam. Ini dapat
memberikan perspektif baru tentang kehidupan.
3.
Mengambil Tindakan: Mulai dari hal kecil: Tidak perlu
langsung melakukan perubahan besar. Mulailah dengan tindakan-tindakan kecil
yang sesuai dengan kemampuan kita. Cari
komunitas: Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok yang memiliki
minat yang sama dengan kita. Ini akan memberikan dukungan dan inspirasi. Jangan takut gagal: Kegagalan adalah
bagian alami dari proses belajar. Jangan menyerah jika kita mengalami
kesulitan.
Dari paparan di
atas disimpulkan bahwa menemukan panggilan merawat kehidupan adalah sebuah
perjalanan yang penuh makna. Dengan terus menggali potensi diri dan berbuat
baik bagi sesama dan lingkungan, kita akan menemukan kepuasan dan kebahagiaan
yang sejati.
Panggilan merawat kehidupan adalah sebuah panggilan universal yang mengajak kita untuk menghargai dan menjaga segala bentuk kehidupan di bumi. Ini bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap langkah kecil yang kita lakukan akan membawa kita lebih dekat pada tujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Ingatlah, kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Banyak orang di luar sana yang memiliki semangat yang sama untuk merawat kehidupan. Bersama ajakan gereja mari kita bangun kehidupan baru dan kerajaan Allah yang damai, penuh kasih, Adil terhadap alam ciptaanNya, dengan menyadari sejumlah permasalahn menyangkut tatakelola alam semesta ciptaanNya, serta melakukan tindakan nyata seiring dengan semangat dari dokumen Laudate Deum dan Ensiklik Laudato Si. Paparan diatas juga mengajak kita agar kita bisa bertobat secara ekologis, atau mengelamai pertobatan ekologis yang dilakukan dari seluruh dimensi kehidupan
Yuk, mulai dari sekarang! Temukan panggilan hati kita dan jadilah bagian dari perubahan positif, dan menjadikan bumi kit sebagai rumah yang nyaman bagi semua kehidupan. (Bu-Was)
https://bit.ly/spiritualitasekologi
-
there are no comments yet